Wisnu Wardhana Syah Putra; " />
Detail Cantuman Kembali

XML

PEMBUATAN HAND&BODY LOTION DENGAN VARIASI PERBANDINGAN GLISERIN DAN RPO ( RED PALM OIL )


BODY LOTION DENGAN VARIASI PERBANDINGAN GLISERIN DAN
RED PALM OIL (RPO)

Wisnu Wardhana Syah Putra 1), Ir. Kusumastuti,M.Sc 2), Ngatirah, SP.MP 3)
1)Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, INSTIPER
2)Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, INSTIPER
E-mail: 1) wwardhana505@gmail.com, 2) ngatirah@instiperjogja.ac.id 3) thp_Instiper_jogja@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian tentang body lotion dengan variasi perbandingan gliserin dan Red Palm Oil (RPO) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan terhadap sifat lotion dan menentukan body lotion yang terbaik dari nilai tertinggi keseluruhan analisis.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Sempurna (RAS) dengan factor tunggal dengan variasi perbandingan (lotion dasar:gliserin: Red Palm Oil (RPO)) yang terdiri dari 6 taraf, yaitu A (90:5:5), B (85:5:10), C (80:5:15), D (85:10:5), E (80:10:10) dan F (75:10:5). Analisis yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan, viskositas, pH, bobot jenis, serta uji sensori kesukaan warna, bau, dan rasa lengket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa body lotion dengan variasi perbandingan gliserin dan Red Palm Oil (RPO) berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dengan nilai tertinggi C (80:5:15) 35,10%, dan tidak berpengaruh terhadap viskositas, pH, bobot jenis, serta uji sensori kesukaan warna, bau, dan rasa lengket.

Kata kunci : Body Lotion, kulit kentang, gliserin, Red Palm Oil (RPO) dan aktivitas antioksidan.











Pendahuluan
Lotion merupakan produk kosmetik perawatan kulit dengan tekstur ringan yang bisa digunakan setiap saat. Salah satu sediaan kosmetik perawatan kulit adalah hand body lotion. Hand body lotion merupakan suatu sediaan berbentuk emulsi cair yang digunakan pada daerah tangan dan tubuh dengan tujuan melembabkan dan melembutkan kulit dan melindungi kulit dari radikal bebas dan lainya (Mitsui, 1997 dalam Yurinna Firdaus 2016).
Lotion diperlukan untuk melindungi kulit dari radikal bebas. Radikal bebas merupakan senyawa aktif dengan electron yang tidak terikat. Lotion dibedakan dari cara pembuatanya contohnya lotion komersial, lotion komersial dapat menyebabkan iritasi pada kulit dikarenakan kandungan didalamnya dibandingkan dengan lotion alami akibat dari proses pembuatanya dan untuk lotion komersial menggunakan antioksidan sintetis seperti, Butil hidroksi anisol (BHA), Butil hidroksi toluene (BHT), Propil galat, dan Tert-butil hidroksi quinon (THBQ), Sedangkan antioksidan alami adalah antioksidan yang diperoleh secara alami yang sudah ada dalam bahan pangan. Senyawa karoten merupakan salah satu antioksidan alami. Antioksidan dapat diaplikasikan pada pembuatan lotion. Salah satunya antioksidan alami, adalah Red Palm Oil (RPO).
Minyak sawit merah merupakan produk yang dihasilkan dari pengelolahan minyak sawit mentah yang masih mengandung karoten dan vitamin E, Vitamin E juga terdapat pada minyak sawit dengan kisaran konsentrasi 600-1000 ppm, terdapat dalam bentuk tokotrienol (70%) dan tokoferol (30%). yang cukup tinggi (Ooik dkk, 1994 dalam Budiyanto dkk, 2010). Beberapa penelitian yang lain melaporkan bahwa kandungan karoten minyak sawit merah berkisaran sekitar 440 sampai 613 ppm ( Darnoko dkk, 2002: dalam Budiyanto dkk, 2010). Karotenoid dan vitamin E, merupakan antioksidan yang alami yang dapat melindungi dan juga menjaga agar kulit dapat terlindungi dan juga dapat melembabkan kulit sehingga dapat merawat kulit serata sel terhadap sel kerusakan akibat oksidasi pada sel (Dauqan et al, 2011 dalam Nurhasanah Sirait 2018).
Pengunaan gliserin pada sediaan lotion untuk mencegah lotion menjadi kering dan mencegah pembentukan kerak selama dalam botol. Variasi persen penambahan larutan gliserin dimaksudkan untuk menentukan komposisi penambahan larutan gliserin yang paling tepat yang menghasilkan produk body lotion yang baik. Variasi perbandingan ini merujuk pada penelitian- penelitian sebelumnya, salah satunya oleh de Navarre dalam desi (2006) yang mengunakan perbandingan formula gliserin berkisar 3-10 % .
Kulit kentang mengandung sekitar 15 kalori, beberapa gram protein, 3 gram karbohidrat, dan berbagai jenis vitamin serta mineral yang biasa terdapat di dalam sayuran. Kulit kentang mengandung cukup banyak zat besi dan kalium. Kentang yang dipanggang bersama dengan kulitnya mengandung lebih banyak zat besi (70% lebih banyak) dan lebih banyak kalium (35% lebih banyak) dibandingkan dengan kentang yang dipanggang tanpa kulit. ( Ali K, 2009)
Kulit kentang mengandung banyak serat tidak larut air, yang dapat menstimulasi kerja saluran pencernaan dan membuat buang air besar lebih teratur. Dibandingkan dengan makanan berkarbohidrat lainnya. Dalam kulit kentang terkandung vitamin B , vitamin C , kalium, kalsium, zat besi , serta serat yang sangat tinggi yaitu sekitar 2 gram/ons. Sementara itu , kulit kentang juga sering di jadikan limbah, yang mana sebenarnya kulit kentang dapat dimanfaatkan untuk berbahai hal contoknya ektrak kulit kentang yang nama mengandung antioksidan dapat di gunakan untuk mencegah radikal bebas.
Untuk mendapatkan lotion dengan antioksidan alami dilakukan penelitian pembuatan lotion dengan menambahkan ektrak kulit kentang, dan variasi perbandingan gliserin dan RPO.
METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah asam stearat, setil alcohol, gliserin, triethanolamin, Oil mineral,Air, Akuades, RPO (red palm oil), alkohol dan ektrak kulit kentang. Bahan didapatkan di toko kimia jogja, pasar, dan laboratorium fakultas pertanian instiper.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker, gelas ukur, erlenmeyer, thermometer, neraca analitik, pipet, pisau, botol, hot plate, pH-meter, stopwatch, destilasi vacuum, analisis antioksidan, dan pengaduk. Bahan didapatkan dilaboratorium fakultas pertanian instiper.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pilot Plant Instiper Yogyakarta selama 1 bulan dan dimulai bulan
C. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Sempurna (RAS) dengan perbandingan formula (Lotion dasar : Gliserin ; RPO) yang terdiri dari 6 taraf, yaitu:
A. 90:5:5
B. 85:5:10
C. 80:5:15
D. 85:10:5
E. 80:10:10
F: 75:10:15
Massing – masing perlakuan diulangi 2 kali sehingga didapat 2 x 6 = 12 satuan eksperimentasi. Hal pengamatan dianalisis statistic mengunakan ANAKA, dan apabila terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji jarak berganda (JBD) pada jenjang nyata 5% (Gomez and Gomez, 1984).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aktivitas Antioksidan
Tabel 11. Rerata Aktivitas Antioksidan (%).
Ld : Gl : RPO Rata-rata
A (90:5:5) 29,06e
B (85:5:10) 34,61b
C (80:5:15) 35,10a
D (85:10:5) 32,65d
E (80:10:10) 33,31c
F (75:10:15) 27,43f
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang berbeda dengan menunjukan ada beda nyata dengan uji Duncan 5%.

Perbandingan lotion dasar, gliserin dan RPO pada perbandingan (80:5:15) menghasilkan aktivitas antioksidan body lotion yang paling baik sebesar 35,10%. Sedangkan perlakuan F (75:10:15) menghasilkan aktivitas paling rendah sebesar 27,43%. Semakin tinggi variasi RPO maka aktivitas antioksidan tinggi. Sedangkan pada perlakuan A, B, dan C memiliki perbandingan geliserin sama yaitu 5% tetapi memiliki nilai berbeda dikarena pada perlakuan C mengandung 15% RPO yang mana RPO sebagai pendukung aktifitas antioksidan dan dapat dilihat pada perlakuan C memiliki nilai antioksidan tertinggi dibandingkan dengan F karenakan mengandung 15% RPO. Jadi RPO berpengaruh besar untuk meningkatkan nilai antioksidan sedangankan untuk lotion dasar yang mana mengandung kulit kentang tidak terlalu berpengaruh karena antioksidan dalam kulit kentang yang terdapat pada vitamin C hanya 7,8 gr. Dan pada perlakuan D, E, dan F sempel memiliki nilai yang berbeda dikarenakan factor RPO yang mengandung antioksidan lebih banyak , tetapi pada perlakuan F memiliki kandungan RPO 15% namun memiliki nilai paling terkecil dikarenakan terlalu lama pada saat pemanasan dan pencampuran yang mana berkurangnya kandungan yang berada di dalam sampel tersebut.
B. Viskositas
Tabel 14. Rerata viskositas body lotion (cP).
Ld: Gl : RPO Rata-rata
A (90:5:5) 2149,87
B (85:5:10) 2502,12
C (80:5:15) 2659,38
D (85:10:5) 2417,51
E (80:10:10) 2551,00
F (75:10:15) 2255,13

Hasil penelitian pada Body lotion berbahan lotion dasar dengan variasi perbandingan gliserin dan Red Palm Oil pada perlakuan C sebesar 80:5:15 menunjukan rerata viskositas tertinggi yaitu 2659,38 cP sedangkan viskositas paling rendah pada perlakukan A sebesar 90:5:5 dengan rerata viskositas 2149, 87 cP, Viskositas yang terdapat pada perbandingan 90:5:5 pembuatan kurang homogen yang ada pada sempel,Karena pada saat dilakukanya pembuatan lotion pada saat pencampuran lotion diaduk secara manual yang mana dapat menyebabkan lotion tidak menyatu secara keseluruhan.
Perlakuan perbandingan lotion dasar, gliserin dan RPO menghasilkan viskositas tinggi karena gliserin berperan besar terhadap nilai viskositas yang mana semakin tinggi kandungan gliserin semakin tinggi nilai viskositas yang didapat, asam stearat dan gliserin sebagai pengikat kekentalan sehingga ketika lotion dasarnya tinggi viskositas body lotian semakin tinggi. Sedangkan lotion dasarnya semakin rendah sehingga viskositas body lotion tersebut menurun. Dimana yang mempengaruhui viskositas ialah lotion dasar dan gliserin sementara RPO tidak mempengarahui karena bersifat minyak.
Nilai viskositas tinggi disebabkan oleh lotion dasar yang mengadung asam stearat yang berfungsi sebagai pengikat dan pengental pada lotion yang mana menyebabkan viskositas atau kekentalan bertambah, semakin tinggi lotion dasar dengan gliserin maka hasil yang didapatkan semakin tinggi.
Viskositas suatu sedian lotion dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya, factor pencampuran atau factor pengadukan saat proses pembuatan sediaan, pemilihan zat pengetal dan surfaktan, propersi fase terdispersi dan ukuran partikel. (Anisel H.C, 1989). Dalam penelitian ini viskositas yang didapat memenuhui syarat mutu pelembab kulit terhadap pada SNI 16-4399-1996.
C. pH
Tabel 17. Rerata pH body lotion.
Ld:GL:RPO Rata-rata
A (90:5:5) 7,47
B (85:5:10) 8,01
C (80:5:15) 8,24
D (85:10:5) 7,57
E (80:10:10) 8,15
F (75:10:15) 7,69


Hasil penelitian pada Body lotion ektrak kulit kentang dengan variasi perbandingan gliserin dan Red Palm Oil pada lotion dengan perbandingan 80:5:15 menunjukkan nilai pH 8,24 yang merupakan pH tertinggi , Perbandingan 90:5:5 menunjukan nilai pH 7,47 merupakan pH paling rendah. RPO bersifat basa sehingga nilai pH cendrung kearah basa, Berdasarkan syarat mutu pelembab kulit terdapat dalam SNI 16-4399-1996 yaitu antara 4,5 – 8.
Pada pH lotion yang didapat sesuai SNI yaitu berkisar diantara pH 7-8. Setiap perlakuan sampel pH yang dihasilkan lebih ke arah basa.
Variasi perbandingan lotion dasar, gliserin dan RPO tidak berpengaruh nyata pada evaluasi pH lotion. pH body lotion tersebut bersifat netral – basa.
D. Bobot Jenis
Tabel 20. Rerata bobot jenis body lotion.
Ld:Gl:RPO Rata-rata
A (90:5:5) 0,86
B (85:5:10) 0,84
C (80:5:15) 0,88
D (85:10:5) 0,85
E (80:10:10) 0,88
F (75:10:15) 0,87
Hasil penelitian pada Body lotion dengan ektrak kulit kentang dengan variasi perbandingan gliserin dan Red Palm Oil pada data primer yang didapatkan belum memenuhi Syarat bobot jenis Lotion menurut SNI adalah 0,95-1,05.
Persentase lotion dasar penambahan variasi perbandingan gliserin dan RPO tidak berpengaruht terhadap bobot jenis pada body lotion. Nilai yang dihasilkan kurang dikarenakan emulgator yang digunakan dalam sediaan yaitu asam stearat dan trietanolamin. Apabila asam stearate dan trietanolamin dicampur maka akan terbentuk sabun (Sinaga, Amanda Angelina et al) sehingga terdapat busa pada sediaan, akibatnya pada saat dilakukan penimbangan bobot jenis pikno tidak bisa terisi penuh oleh sediaan karena terganggu busa tersebut dan akhirnya mempengaruhi nilai bobot jenis yang didapat.
E. Uji sensori
Uji sensori meliputi kesukaan warna, baud an rasa lengket.
F. Kesukaan Warna
Tabel 23. Rerata Skor Warna Body Lotion.
Perlakuan Rata-rata
A (90:5:5) 1,75
B (85:5:10) 1,50
C (80:5:15) 1,60
D (85:10:5) 1,80
E (80:10:10) 1,85
F (75:10:15) 1,95


Hasil penelitian pada Body lotion berbahan lotion dasar dengan variasi perbandingan gliserin dan Red Palm Oil berpengaruh nyata hal ini memperlihatkan bahwa karakteristik sensori body lotion nilai rerata yang rendah pada perlakuan B sebesar 1,50 yang berarti warna lotion tidak sukai, warna yang disukai mulai dari orange hingga ke kuning pucat dan warna dihasikan dari lotion dasar dan RPO meskipun tidak signifikan.
Nilai kesukaan panelis berkisar antara 1,50-1,95 yang berarti sangat tidak suka dan tidak suka dengan warna yang dihasilkan.

G. Bau
Tabel 26. Rerata skor Aroma Body Lotion.
Perlakuan Rata-rata
A (90:5:5) 1,10
B (85:5:10) 1,25
C (80:5:15) 1,45
D (85:10:5) 1,35
E (80:10:10) 1,25
F (75:10:15) 1,35

Hasil penelitian pada Body lotion variasi perbandingan lotion dasar, gliserin dan Red Palm Oil . Lotion dinilai baik apabila memiliki bau yang dilihat dari panelis cendrung kearah agak suka. Pada penelitian ini pada lotion dasar dan variasi perbandingan gliserin dan RPO tidak berpengaruh nyata hal ini disebabkan aroma lotion agak disukai tetapi cenberung agak tidak suka dikarenakan aroma cenderung lebih ke RPO dan panelis lebih kearah sangat tidak suka. Perlakuan yang sangat tidak disukai reratanya perlakuan A dengan kode sempel 90:5:5 yaitu 1,1 pada Uji lanjut Duncan. Nilai kesukan panelis terhadap bau body lotion antara 1 – 2 yang berarti sangat tidak suka dan agak tidak suka terhadap bau yang dihasilkan oleh lotion.
H. Rasa Lengket
Tabel 29. Rerata skor rasa lengket body lotion.
Perlakuan Rata-rata
A (90:5:5) 1,35
B (85:5:10) 1,55
C (80:5:15) 1,45
D (85:10:5) 1,25
E (80:10:10) 1,45
F (75:10:15) 1,30
Hasil penelitian pada Body lotion dengan variasi perbandingan lotion dasar, gliserin dan Red Palm Oil pada karekteristik sensori tidak berpengaruh nyata pada reratanya perlalukan D sebesar 85:10:5 menunjukan rerata rendah 1,25. Nilai kesukan panelis terhadap rasa lengket body lotion berkisar antara 1,25-1,55 yang berarti sangat tidak suka dan tidak suka terhadap rasa lengket. Rasa lengket ditimbulkan dari fase minyak yang terkandung dalam formulasi suatu emulsi (Suryani et al, 2000 dalam Anna Carolina Erungan 2009).
I. Uji Kesukaan Keseluruhan
Tabel 30. Rerata uji kesukaan body lotion.
Sampel Warna Bau Rasa Rerata Kategori
Lengket Kesukaan
A 1,75 1,10 1,33 2,09 Tidak suka
B 1,50 1,25 1,55 2,15 Tidak suka
C 1,60 1,45 1,45 2,25 Tidak suka
D 1,80 1,35 1,25 2,20 Tidak suka
E 1,85 1,25 1,45 2,27 Tidak suka
F 1,95 1,35 1,30 2,30 Tidak suka

Dari rerata yang ditunjukan pada Tabel 30 dapat diketahui secara keseluruhan body lotion tidak disukai panelis. Hal ini dikarenakan lotion memiliki warna orange hingga kuning pucat dan bau yang tengik dan rasa lengket yang tidak dapat menyerap ke kulit sehingga nilai dari rerata keseluruhan lebih tidak disukai panelis. juga belum memenuhui Standar Nasional Indonesia (SNI).

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari data hasil yang didapatkan dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Formulasi gliserin dan Red palm Oil (RPO) berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas antioksidan,dan tidak berpengaruh terhadap viskositas pH, bobot jenis, sensori warna, rasa lengket, dan bau.
2. Berdasarkan skor kesukaan keseluruhan, maka body lotion yang paling disukai adalah body lotion dengan perbandingan lotion dasar, gliserin dan RPO (85:05:10) dengan aktivitas antioksidan 34,61 %, viskositas 2502,12 Cp, pH 8,01, bobot jenis 0,86 dan belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

DAFTAR PUSTAKA

Aditya. (2013).Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian,Surakarta : Poltekkes Kemenkes Surakarta.
Andayani, R., Y. Lisawati, & Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13 No. 1.
Ali Khomsan. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta : Kompas. h 122-5.
Anonim.(2008). Triethanolamine.Diakses tanggal: 19 Agustus 2020. http://www.cremedevie.com/peg-20.html.
Aulton, M.E., 2007, Pharmaceutics The Design and Manufacture of Medicines, Third Edition, Edinburgh London New York Oxford Philadelphia ST Louis Sydney Toronto, 175, 176, 177
Barel, A. O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook Of Cosmetic Science and Technology, 3rd Edition. Informa Healthcare USA, Inc. New York
Budiyanto, et al.2010. Perubahan Kandungan Beta Karoten, Asam Lemak Bebas dan Bilangan Peroksida Minyak Sawit Merah Selama Pemanasan. Jurnal Agritech Tahun 2010, Vol 30, No 2: 75-78
Darnoko, P Guritno, A. Sugiharto dan S. Sugesty. 1995. Pembuatan pulp dari tandan kosong sawit dengan penambahan surfaktan. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 3(1) : 75 – 87.
Dauqan E, Sani HA, Abdullah A, Muhammad H, Top AGM. 2011. Vitamin E and β-carotene composition in four different vegetable oils. Am. J. Appl. Sci. 8: 407-412.
Khomsan, Ali. 2009. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Mitsui, T. (1997).New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam : Elsevier Sciense B.V. Halaman 134.
Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam : Lachman et al. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke-2. Suyatmi S, penerjemah. Jakarta: UI Press.Terjemahan dari Theory and Pharmacy Practical Industry. Ed ke-2
Schmitt, W. H. 1996. Skin care products. In: Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed). 1996. Cosmetics and toiletries Industry 2 nd Ed. Blackie Academic and Profesional. London.
Soelarso Bambang, (1997), Budidaya Kentang Bebas Penyakit, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. Jakarta: UI Press





LOADING LIST...
wwardhana505@gmail.com
Wisnu Wardhana Syah Putra - Personal Name
Ngatirah, SP. MP - Personal Name
Ir kusumastuti,M. Sc -(p) - Personal Name
NONE
Text
INSTIPER
2021
yogyakarta
LOADING LIST...